Senin, 07 Juli 2008

Mari Kita Hapus Kata PUTUS ASA, dari kamus kehidupan kita

Kita semua pasti pernah merasakan yang namanya Putus Asa atau putus harapan. Seakan-akan sudah mentok dan tidak ada jalan keluar lagi.

Ada yang berkata “Saya sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi, sudah berbagai cara saya coba, sudah mati-matian saya berusaha, namun tetap saja belum berhasil, saya tidak tahu harus berbuat apa lagi, padahal ini sangat menentukan masadepanku, Sekarang Hancur Sudah Harapanku…..!!!”

Atau :”Saya sudah berusaha sekuat tenaga, tapi apa hasilnya…??? hanya kegagalan yang saya dapatkan, jadi buat apa berusaha lagi..Percuma .Percuma. Semuanya sia-sia saja…!!!!!”

Percayalah Sahabat, Tidak ada yang namanya Sia-sia dan Percuma dalam Hidup ini.

Alloh berfirman dalam Al Qur’anul Karim : Janganlah Kalian Berputus Asa dari Rahmat Alloh………..”

Rasululloh Bersabda : Sungguh menakjubkan Orang Beriman Itu, Jika Ia mendapat keni’matan (keberhasilan), Ia bersyukur, itu baik baginya. Dan jika ia mendapat Musibah (kegagalan) Ia bersabar, dan itupun baik baginya” ….Subhanalloh.

Biasanya mereka yang sering sekali Putus Asa adalah mereka yang hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri, dan melupakan kekuatan dan kekuasaan Alloh yang Maha Segalanya serta ketawakkalannya akan ketentuan Alloh sangat rendah.

Bagi orang yang tidak beriman, ia sangat mendewakan ikhtiar dan kemampuannya sendiri. Saat Alloh mengujinya dengan kesuksesan, ia akan lupa diri dan berkata “ Ini semua karena usaha keras saya dan rencana-rencana matang yang saya susun selama ini, orang lain belum tentu bisa seperti saya”, namun jika ada kegagalan sedikit saja, ia akan mudah kollaps, stress bahkan depresi, karena ia hanya mengandalkan kemampuan dirinya yang sangat lemah, ia pun selalu disiksa kecemasan setiap waktu karena begitu takut dengan kegagalan dan takut rencananya tidak berjalan sesuai harapannya.

Bagi Orang beriman ia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang dicita-citakan selama ini, karena ia sadar ikhtiar itu wajib hukumnya, namun disamping kerja kerasnya yang begitu mengagumkan siapapun yang melihatnya, ia isi penuh hatinya dengan tawakkal, ia serahkan semua urusannya pada Alloh, Karena ia sangat yakin Rencana Alloh adalah yang terbaik untuknya.

Saat ia sudah berada pada puncak ikhtiarnya namun sepertinya belum ada perubahan. Ia tidak putus Asa, Ia akan memohon pada Alloh sang pemilik Alam semesta Beserta isinya. Ia menyadari Bahwa dirinya sangat lemah Namun Ia yakin Bahwa Alloh Maha Kuasa, Ia Bodoh tapi Alloh Maha Cerdas, Ia Miskin tapi Alloh maha Kaya.

Sungguh Pengakuan akan kelemahan dirinya adalah Sumber kekuatan yang sangat Dahsyat baginya. Dengan kekuatan itu ia selalu Otimis dalam hidupnya dan Ia memiliki Cita-cita yang tinggi, serta berjuang sekuat tenaga untuk meraih cita-citanya yang mulia itu.

Namun Jika Ikhtiarnya tetap tidak membuahkan hasil, seperti yang ia harapkan,bahkan gagal total, ia mungkin bersedih, namun kesedihan itu tidaklah berlangsung terlalu lama, karena ia sangat yakin bahwa apapapun ketetapan Alloh untuknya adalah yang Terbaik Baginya.

Karena ia Tahu firman Alloh: “ Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik untukmu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk untukmu, dan Alloh Maha mengetahui (yang terbaik untukmu) dan engkau tidak mengetahui………..”

Ia pun akan segera bangkit dan mencoba menempuh jalan lain tentu dengan memohon petunjukNya……….

Jadi tidak ada yang namanya SIA-SIA Selama kita sudah BERUSAHA dan tidak ada yang namanya PUTUS ASA Jika kita sudah TAWAKKAL padaNya.

Itulah yang membedakan orang beriman dan tidak,

Tubuh dan otak 100% Ikhtiar, namun hati 100% Tawakka

Rabu, 02 Juli 2008

Malaikat yang mempunyai seribu tangan

Rasulullah saw bersabda:
"Ketika aku diperjalankan di malam hari untuk mi'raj ke langit, aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan di setiap tangannya seribu jari-jemari. Ketika ia sedang menghitung dengan jari-jarinya, aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang ia hitung? Jibril menjawab: ia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.
Aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui jumlah tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia? Ia menjawab: Ya Rasulallah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di perkebunan, di daratan yang bergaram, dan di pekuburan.
Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan. Ia berkata: Ya Rasulallah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku.
Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: Aku tidak sanggup menghitung pahala shalawat yang disampaikan oleh sekelompok ummatmu ketika namamu disebut di suatu majlis." (Al-Mustadrah, Syeikh An-Nuri, 5: 355, hadis ke 72)
Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku tiga kali setiap hari dan tiga kali setiap malam karena cinta dan rindu kepadaku, maka Allah azza wa jalla berhak mengampuni dosa-dosanya pada malam itu dan hari itu." (Ad-Da'awat Ar-Rawandi, halaman 89, hadis ke 226)
Rasulullah saw bersabda:"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku saat akan membaca Al-Qur'an, maka malaikat akan selalu memohonkan ampunan baginya selama namaku berada di dalam Al-Qur'an." (Al-Biharul Anwar 94: 71)
dan banyak lagi keutamaan shalawat....
Selasa, 01 Juli 2008

Jangan berputus asa dalam berdoa

Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa.Mengapa demikian? Karena nafsu manusia seringkali muncul ketika Allah menunda ijabah atau pengabulan doa-doa kita. Dalam kondisi demikian manusia seringkali berputus asa, dan merasa bahwa doanya tidak dikabulkan. Sikap putus asa itu disebabkan karena manusia merasa bahwa apa yang dijalankan melalui doanya itu, akan benar-benar memunculkan pengabulan dan Allah.Tanpa disadari bahwa ijabah itu adalah Hak Allah bukan hak hamba. Dalam situasi keputusasaan itulah hamba Allah cenderung mengabaikan munajatnya sehingga ia kehilangan hudlur (hadir) bersama Allah.
Dalam ulasannya terhadap wacana di atas, Syekh Zaruq menegaskan, bahwa tipikal manusia dalam konteks berdoa ini ada tiga hal:
Pertama, seseorang menuju kepada Tuhannya dengan kepasrahan total, sehingga ia meraih ridha-Nya. Hamba ini senantiasa bergantung dengan-Nya, baik doa itu dikabulkan seketika maupun ditunda. la tidak peduli apakah doa itu akan dikabulkan dalam waktu yang panjang atau lainnya.
Kedua, seseorang tegak di depan pintu-Nya dengan harapan penuh pada janji-Nya dan memandang aturan-Nya. Hamba ini masih kembali pada dirinya sendiri dengan pandangan yang teledor dan syarat-syarat yang tidak terpenuhi, sehingga mengarah pada keputusasaan dalam satu waktu, namun kadang-kadang penuh harapan optimis. Walaupun hasratnya sangat ringan, toh syariatnya menjadi besar dalam hatinya.
Ketiga, seseorang yang berdiri tegak di pintu Allah namun disertai dengan sejumlah cacat jiwa dan kealpaan, dengan hanya menginginkan keinginannya belaka tanpa mengikuti aturan dan hikmah. Orang ini sangat dekat dengan keputusasaan, kadang-kadang terjebak dalam keragu-raguan, kadang-kadang terlempar dijurang kebimbangan. Semoga Allah mengampuninya.
Allah menjamin pengabulan itu melalui janji-Nya. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah tidak menfirmankan dengan kata-kata, “menurut tuntutanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri.”
“Tak seorang pun pendoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari tiga kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (pengka-bulannya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).
by orgawam.

Ya Rozzaq....Engkaulah Sebaik-baik Pemberi Rezeki

Setelah melahirkan saya memutuskan tidak bekerja.Kondisi di rumah tdk memungkinkan utk memiliki pengasuh. Lagipula sy sangat ingin merawat sendiri putri kami bernama Sariyya-yg sekarang sudah berusia 3 tahun. Saya tdk mau kehilangan momen berharga perkembangan Sariyya yg tdk bisa diulang.Saya jg ingat pesan almarhumah ibu saya agar saya merawat sendiri anak2saya.
Saya menikmati kehidupan baru sebagai ibu rumah tangga. Tiba2 saja suami saya terkena PHK. Tapi saya menghadapi dengan santai. Saya yakin rezeki utk kami tdk akan putus. Krn bukan perusahaan suami saya yg memberi kami makan.Allah-lah yg memberi kami rezeki.Saya memang sedikit bingung. Tabungan menipis. Mertua menyuruh saya kembali bekerja. Saya menolak. Suami melarang.Saya katakan kpd suami, mari kita berdoa, minta rezeki kpd Allah.
Pada keadaan ekomomi morat marit saya ingat pesan Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara. Menurut beliau, kalau kita sedang bingung menghadapi masalah
yg masih tanda tanya besar, banyak-banyaklah membaca Yaa Sin. Bukan Surat
Yaa Sin. Tapi zikir membaca Qur'an. Hanya satu ayat saja. Yaa Siin. Yaa Sin adalah sebuah ayat yg menyimpan rahasia. Begitu pula dgn rahasia kehidupan kita. Itu sebabnya saya laksanakan zikir Yaa Sin, sebanyak-banyaknya.
Setelah membaca Yaa Sin, saya jg teringat guru saya, DR. Nana Sumarna,
yg mengatakan, mintalah semua yg kita inginkan kepada Allah yg
memiliki 99 sifat.Jika butuh rezeki, panggilah Allah dgn sifat-Nya Yang Memberi Rezeki (Yaa Rozzaq).
Jika butuh jodoh, panggilah Allah dengan sifat-Nya yang Maha Pengasih (Yaa Rohman),sandingkan dengan jodohnya (Yaa Rohiim).
Zikir Yaa Rohman Yaa Rohiim adalah yg saya baca ba'da sholat subuh ketika saya masih belum menemukan jodoh. Saya mengikuti nasihat Prof. Mansyur dan Pak Nana. Keduanya mengingatkan, bukankah Allah sendiri yg menganjurkan kita utk berbuat demikian.
"..Serulah Allah atau serulah Ar Rohman, dengen nama-nama yeng mana saja kamu seru. Dia mempunyai al asmaul husna.." QS:17, ayat 110).
Saya laksanakan zikir Yaa Rozzaq setelah bertahajjud.Pertama kali melakukannya,entah kenapa,saya membacanya sebanyak 2000 kali. Yaa Rozzaq! Demikian mulut saya terus menyebut nama-Nya.Besoknya saya lakukan hal yg sama. Perasaan saya sangat yakin. Allah akan mendengar panggilan saya.Beberapa waktu kemudian, seorang teman yg bekerja di sebuah penerbit buku terkenal di Bandung menelpon saya.Dia meminta saya utk menulis sebuah buku.
Saya terperanjat. Oh,inilah rezeki untuk saya. Katanya, "Tapi kamu kerja
di rumah aja ya..!" Alhamdulillah, lagi-lagi saya bersyukur dlm hati.
Saya diberi pekerjaan, tapi tdk harus meninggalkan putri saya yg sedang lucu-lucunya. Itulah yg saya harapkan, itulah yg saya ucapkan dlm doa2 saya. Allah mengabulkan semuanya.
Seminggu kemudian saya dipanggil ke kantornya utk menandatangani Surat
Perjanjian Kerja.Saya dtg bersama suami & anak saya. Ketika teman saya menyodorkan surattersebut,saya terperanjat membaca angka rupiah yg
tertera dgn jelas. Rp2.000.000, Itu honornya. "Ini kanbaru permulaan", kata teman saya. Ingatan saya tiba-tiba melayang kpd zikir Yaa Rozzaq yg pernah saya lakukan. Saya membaca 2000 kali nama-Nya. Allah memberi saya 2 Apakah ini hanya kebetulan belaka? Selesai menulis buku tersebut, tampaknya teman saya merasa puas. Ia langsung menugaskan saya menulis satu buku lagi. Kembali saya diberi upah 2
jt nilai yg kecil mungkin untuk seorang penulis, tapi bagi saya terasa luar biasa nikmat.
Begitulah, saya yakin, honor 2 juta rupiah berturut-turut dari hasil saya
menulis buku ada hubungannya dgn zikir Yaa Rozzaq 2000 kali berturut-turut yang saya lakukan. Itu sebabnya saya semangat untuk berzikir lagi. Saya ingin membuktikan bahwa Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya. Zikir Yaa Rozzaq saya tambah. Lebih dari 2000 kali.
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [Al Baqarah 45 )

Hidup Penuh Syukur

Dijelaskan dalam Al Qur’an di surat Ibraahim (14) ayat 7, Allah Ta’aala berfirman, “Wa idz ta-adzdzana rabbukum la in sya-kartum la aziidannakum wa la in kafar-tum inna ‘adzaabii la syadiid.” Diterjemahkan sebagai: Dan (ingatlah) takkala Tuhanmu memberitahukan, “Sungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkarinya, sungguh azab-Ku sangat keras”.
Bila mengacu kepada ayat tersebut di atas, maka mensyukuri suatu nikmat yang Allah titipkan kepada manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah merupakan termasuk dari bagian keimanan seorang hamba terhadap Penciptanya. Karena dengan mensyukuri suatu nikmat, berarti hamba Allah tersebut telah mengumpulkan pahala dari rasa syukur yang ia persembahkan kepada-Nya atas segala macam kenikmatan yang dihadirkan Allah Rabbul’aalamiin dalam diri dan juga dikehidupannya.
Jadi sewaktu seorang hamba memperbanyak rasa syukur kepada Allah Ta’aala atas apa-apa yang telah diterimanya, maka semakin bertambahlah nikmat, pahala dan kebaikan yang Allah titipkan bahkan berikan kepadanya. Dan bila rasa syukur itu berupa kebaikan yang diterima dari-Nya, maka semakin berlipat pula Allah tambahkan kebaikan atas dirinya. Namun kalau yang disyukuri itu adalah suatu ujian dari Allah kepada dirinya, maka yang Allah akan berikan terhadap hamba yang bersyukur itu tiada lain pahala sabar dan kekuatan untuk menjalani ujian tersebut, serta akan diberikan jalan keluar dan kemudahan dari ujian yang sedang dijalaninya. Karena sesungguhnya Allah Rabbul’aalamiin tidak menghendaki hamba-hambanya mendapatkan kesulitan melainkan kebahagiaan dan keselamatan, serta menjadikannya seorang hamba yang bersih lahir batin sehingga akan mendapatkan kenikmatan yang lebih sempurna. Hal ini seperti yang difirmankan-Nya dalam Al Qur’an di surat Al Maa-idah (5) ayat 6, “Maa yuriidullaahu li yaj’ala ‘alaikum min harajiw walaa-kiy yuriidu li yuthahhirakum wa li yutim-ma ni’matahuu ‘alaikum la’allakum tasy-kuruun.” Atau dapat diterjemahkan sebagai: Allah tidak menghendaki untuk menyulitkan kamu, akan tetapi Allah menghendaki membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya atas kamu supaya kamu bersyukur.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan Radhiyallaahu ‘Anhu : ‘Ajaban liamril mu’mini inna amrahu kullahu khairun walaisa dzaalika liahadin illaa lil mu’mini, in adhaabathu sarraa u syakara fakaana khairan lahu, wa in a shaabathu dharraa’u shabaro fakaana khairan lahu.” Diartikan: Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaanya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila ia menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya.
Seorang manusia yang banyak bersyukur kepada Allah atas apa-apa yang telah diterimanya, maka hal itu akan menghindarkan dirinya dari kufur nikmat. Seorang dikatakan kufur nikmat apabila orang itu berada dalam suatu keadaan, dimana dengan berbagai macam nikmat yang telah diterimanya itu haruslah disyukuri, tetapi ia tidak mensyukurinya bahkan timbul sikap sombong, angkuh dan kikir (bakhil). Dan karena sikap serta perilaku tersebut, akhirnya manusia itu berani melanggar batasan-batasan agama yang telah tentukan dan mengakibatkan kehancuran bagi dirinya dikarenakan adzab yang ditimpakan oleh-Nya.
Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salaam adalah termasuk seorang hamba yang banyak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya, seperti yang difirmankan Allah Ta’aala dalam Al Qur’an di surat An Naml (27) ayat 40, “hadzaa min fadhli rabbii li yabluwanii a asykuru am akfuru wa man syakara fa innamaa yasykuru li nafsihii wa man kafara fa inna rabbii ghaniyyun kariim”. Atau diterjemahkan: “Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau ingkar (nikmat). Dan barang siapa yang bersyukur maka kesyukuran itu hanyalah bagi dirinya sendiri, dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Unzhuruu ilaa man huwa asfala minkum wa laa tanzhuruu ilaa man huwa fauqakum fahuwa ajdaru allaa tazdaruu ni’mataulaahi alaykum.” Diartikan: Perhatikanlah keadaan orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah kamu memperhatikan keadaan orang yang lebih tinggi dari kamu, yang demikian itu agar kamu tidak menganggap kecil nikmat Allah yang diberikan kepadamu.
Amirulmukminin Sayiddina Umar bin Al-Khatab Radhiyallaahu ‘Anhu menyatakan ciri-ciri orang yang beriman ialah bersyukur ketika mendapat nikmat, sabar ketika ditimpa bencana dan ridha terhadap ketentuan Allah.***

Kiamat sudah dekat

Kiamat sudah dekat: Dari Abu Dzar ia berkata; “Kekasihku (Rasulullah SAW) berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:
(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,
(2) beliau memerintahku agar aku melihat orang-orang yang di bawahku dan tidak melihat orang yang berada di atasku,
(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahim dengan karib kerabat meski mereka berlaku kasar kepadaku,
(4) aku diperintahkan agar memperbanyak ucapan La haula walaa quwwata illa billah,
(5) aku diperintahkan untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,
(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah,
(7) beliau melarang aku agar aku tidak meminta-minta sesuatu kepada manusia

Sabar karena Allah

Sebuah kata yang sering diucapkan oleh banyak orang, baik itu sebuah ucapan untuk orang lain ataupun perkataan dari orang lain terhadap kita, diberbagai macam suasana; susah, senang, suka dan duka adalah sabar. Yakinlah kata “sabar” ini banyak mengisi hari-hari kita, karena dengan segala kejadian yang kita alami maka tidaklah mungkin ucapan sabar itu terlewatkan di dalam kehidupan. Terutama untuk yang berkaitan dengan kesedihan (duka) atau musibah, pastinya kata sabar kerap kali terucapkan kepada yang sedang terkena musibah itu. Rasanya tidak terlalu sering kata sabar ini diucapkan apabila terjadi dalam suasana penuh kegembiraan atau kesenangan...
Sebenarnya sabar itu adalah sebuah kondisi yang harus dijalani oleh seorang manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala di dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini dalam situasi apapun juga. Artinya kita bersabar tidak hanya di dalam sebuah situasi yang pahit atau menderita , tetapi baik itu di waktu susah dan senang kita diharuskan bersabar menghadapi apapun yang Allah limpahkan kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya. Dan kita menjalani kesabaran itu dengan hanya ikhlas serta hanya mengharapkan ridha dari Allah Taabaraka wa Ta’aala.
Allah Ta’aala berfirman di dalam surah Ar Ruum (30) ayat 60: “Fash bir inna wa’dallaahi haqquw wa laa yastakhiffannakal ladziina laa yuuqinuun”. Diterjemahkan; Maka bersabarlah engkau, sesungguhnya janji Allah itu benar dan janganlah engkau tergoncang (tentang kebenaran ayat-ayat Allah) oleh orang-orang yang tiada yakin”.
Dengan bersabar maka seseorang akan terbentuk jiwanya menjadi kuat dan sanggup menghadapi berbagai macam problema dan polemik kehidupannya, ia akan menjadi sebuah sosok manusia yang tidak mudah tergoncang, tidak lekas bingung ataupun panik dan juga akan selalu dapat mengontrol dirinya untuk tidak cepat putus asa dan kehilangan keseimbangan ketika menerima ujian dari Allah ‘Azza wa Jalla. Pada dasarnya sabar itu akan menjadi sebuah senjata yang ampuh dalam menghadapi berbagai macam halangan, rintangan dan tantangan hidup.
Juga dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah telah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk selalu bersabar, seperti di ayat 17 dari surah Luqmaan (31): “... washbir ‘alaa maa ashaabaka inna dzaalika min ‘azmil umuur”. Diartikan, “... dan bersabarlah atas apa-apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah urusan yang diutamakan (termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah)”.
Mengapa Allah memerintahkan kita sebagai umatnya untuk sabar? Tiada lain karena sifat sabar ini dikaruniakan Allah hanya kepada ciptaan-Nya yang bernama manusia. Sifat sabar tidak diberikan kepada hewan, sehingga binatang hanya selalu menuruti hawa nafsunya saja. Sabar juga tidak diberikan kepada malaikat, dikarenakan malaikat diciptakan Allah dengan tidak ada nafsu kecuali hanya melaksanakan apa-apa yang Allah telah perintahkan kepada mereka.
Tetapi ada satu makhluk selain manusia yang juga mempunyai sifat sabar, yaitu Iblis. Iblis mempunyai sifat sabar, yaitu sangat sabar ketika menggoda manusia supaya menjalankan keinginan Iblis demi memasukkan manusia itu ke dalam neraka nantinya sehingga dapat berjumpa lagi denga Iblis disana. Namun kesabaran Iblis ini tentunya berbeda dengan apa telah Allah ‘Azza wa Jalla fitrahkan kepada kita, yaitu sabar dalam menghadapi segala ujian yang Allah titipkan kepada manusia. Karena bagi hamba-hamba-Nya yang sabar Allah akan memberikan pahala dan kemuliaan seperti yang difirmankan dalam surah An Nahl (16) ayat 96: “Wa la najziyannal ladziina shabaruu ajrahum bi ahsani maa kaanuu ya’maluun”, atau, “Dan sungguh Kami memberi balasan terhadap orang-orang yang sabar akan pahala dengan lebih daripada apa yang mereka kerjakan”.
Sabar juga merupakan tanda dari keimanan dan ketaqwaan seorang manusia terhadap Allah Ta’aala, hal ini dijelaskan pula dalam surah Al-Baraqah (2) ayat 177: “... Wash shaabiriina fil ba’saa-i wadh dharraa-i wa hiinal ba’si ulaa-ikal ladziina shadaquu wa ulaa-ika humul muttaquun”. Artinya; “... dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan (kesempitan), penderitaan dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Dalam sebuah hadits dari junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaih wa Sallam dari Abu Na’im yang diriwayatkan oleh Ibnu Mani’ bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ash shabru nishful iimanii wal waqiinu al iimaanuu kulluhu”, atau; “sabar itu adalah setengah dari iman, dan yakin itu iman seluruhnya”.

Tujuan hidup di dunia

Kehidupan di dunia mempunyai waktu yang sangat singkat, siapa-siapa yang memanfaatkan waktu tersebut akan selamat.
Kehidupan yang menurutkan aturan yang sudah ditentukan oleh Allah S.W.T. Dan sesuai dengan janji dan perintah Allah bahwa hidup manusia di dunia hanya untuk beribadah atau mengabdi pada Allah S.W.T.
Peringatan akan kebaikan dan keburukan hidup di dunia Allah S.W.T sendiri yang menjelaskan dalam Al - Qur'an.
Firman Allah Dalam SURAH AL MU'MINUN, ayat 112 - 114
" Allah bertanya : Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di Bumi "?.
" Mereka menjawab : Kami tinggal di Bumi sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung".
"Allah berfirman : Kamu tidak tinggal di Bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui".
Firman Allah Dalam SURAH AL MU'MIN, ayat 39 " Hai KaumKu, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal ".
" Sesungguhnya kehidupan di akhirat itu lebih baik daripada kehidupan di dunia."
QS Adl Dhuha : 4 Firman Allah Dalam SURAH ASY SYURA, ayat 20 " Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di Akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan ketiadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagiapun di Akhirat ".
Untuk itu saudara/iku kaum muslim dan muslimat, marilah kita sama2 mengejar tujuan akhir kita hidup di dunia ini agar selalu mengingat Allah swt, dengan menjalankan perintaNya dan menjauhi LaranganNya.

Hikmah dari Sebuah Cobaan

Rasulullah SAW adalah orang yang paling tinggi derajatnya disisi Allah, tapi ia juga orang yang paling banyak dan paling berat cobaannya. Para nabi as yang lain juga adalah manusia-manusia paling mulia dan paling dikasihi Allah SWT tapi mereka juga adalah yang paling banyak dan berat dicoba oleh Allah SWT.Kafilah ini lalu diikuti dengan kafilah para ulama salaf yang shalih, mereka adalah yang paling banyak dan berat pula cobaannya jika dibanding manusia lainnya. Imam Syafi’i mengalami pengusiran dari Kufah ke Mesir, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa bertahun-tahun, dan Imam Malik disiksa sampai mematahkan kedua tulang bahunya.
Maka ujian bagi seorang mu’min akan selalu meningkatkan ketinggian dan kemuliaannya disisi Allah, dan menguji kebenaran keimanannya (QS 9/1-2). Hikmah yang lain dari cobaan adalah bahwa dengannya seorang mu’min menjadi semakin matang dan kuat, serta bertawakkal dan semakin berserah diri kepada Allah SWT (QS 33/10-13, 22). Dan tidaklah cobaan yang datang kepada seorang mu’min, kecuali hal itu baik baginya sepanjang ia bersabar dan bersyukur, sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim & Tirmidzi)
Sesungguhnya ujian yang diberikan Allah adalah sesuai kemampuan hamba-Nya. (Qs 23:62).

Bukan Permata Biasa

Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu' berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.
Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta'jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.
Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa 'Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama'a bainakuma fii khairin' mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.
Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.
Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.
Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh...segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah 'ala kulli halin. "Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban."
Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. "Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku." Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.
Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, "Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini." Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta'ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.
Sang suami menuturkan, "Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu'annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku."
Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur'an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.
Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.
Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.
Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da'i besar di kota Madinah.
Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan "bukan permata biasa". (Ummu Asyrof dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)
Diambil dan diketik ulang oleh Redaksi dari: Majalah Elfata edisi 08 volume 07 tahun 2007
Terakhir diperbaharui ( Wednesday, 29 August 2007 )
 
;