Rabu, 12 Maret 2008

Si Pemilik Roti

Diriwayatkan dari Abu Burdah, ia
bercerita, "Menjelang wafatnya Abu
Musa berpesan, 'Wahai anakku, ingatlah
tentang kisah si pemilik roti'.

Dikisahkan ada seorang laki-­laki yang
beribadah dalam padepokannya selama 70
tahun, tidak pernah turun (beranjak),
kecuali satu hari saja. Ketika itu ada
setan yang datang menyerupai seorang
perempuan. Kemudian, ahli ibadah ini
hidup bersama perempuan tersebut
selama 7 hari 7 malam.

Setelah itu terbukalah tabirnya, dia
pun keluar dan ber­taubat. Setiap kali
dia melangkahkan kaki untuk melakukan
sesuatu, ia selalu shalat dan
bersujud.

Suatu malam ia berlindung ke sebuah
toko, di sana terdapat 12 orang
miskin. Karena merasa sangat
lelah, ,akhirnya ber­istirahat di sela-
sela antara dua orang lelaki miskin.

Tiba-tiba seorang rahib datang, dia
diutus mendatangi orang-orang miskin
ini setiap malam dengan membawa roti
yang banyak, lalu memberikannya ke
setiap orang di antara mereka itu satu
roti besar. Rahib itu melewati laki-
laki yang bertaubat tersebut, mengira
bahwasanya dia juga orang miskin.
Akhirnya dia pun memberinya satu roti
besar pula.

Ada satu orang miskin yang belum
kebagian roti, lalu bertanya kepada
rahib, 'Mengapa Anda tidak memberi aku
roti?' Rahib yang membagikan roti itu
menjawab, 'Sungguh malam ini aku tidak
memberimu sesuatu apa pun'.

Laki-laki yang bertaubat itu
memperhatikan roti yang dipe­gangnya,
lalu memberikannya kepada si miskin
yang tidak kebagian dan sangat
membutuhkan karena lapar dan lelah.

Keesokan harinya, laki-laki bertaubat
itu meninggal ....

Kemudian, ibadahnya selama 70 tahun
ditimbang dengan kemaksiatannya selama
7 malam. Ternyata lebih berat
keburukan­nya yang 7 malam. Dan
kebaikannya memberi sepotong roti
ditimbang dengan kemaksiatannya selama
7 malam, dan lebih berat kebaikannya
memberi roti.

Abu Musa berkata, 'Wahai anakku, ingat-
ingatlah kisah si pemberi roti itu'."

Demikianlah, sesungguhnya sedekah itu
dapat meredam­kan murka Allah. Oleh
karena itu, bersegeralah untuk
menginfak­kan harta kita di jalan
Allah. Sadarilah bahwa dunia ini fana,
tetapi segala sesualu yang kita
sedekahkan akan kekal di sisi Allah
Ta'ala. Suatu saat nanti, kita pasti
akan memetiknya di sana, kita akan
merasa puas dengan apa yang telah kita
berikan. Akan tetapi, jika kita pelit,
takut akan menjadi fakir dan
kekurangan, lalu kita mengumpulkan
harta tersebut karena tamak dan
bakhil, maka kita akan menyesal dan
celaka.
 
;