Sabtu, 16 Februari 2008

TIPS SEDERHANA KETENANGAN JIWA

Semoga salam tercurahkan kepada Baginda Mulia Rasulullah Muhammad Shallalahu’alihi wassalam yang telah membawa pelita dari gelap menuju jalan ilaihiah yang terang benderang.

Berikut ada tips bagi Anda dari ana yang faqir ini, yang mungkin saat ini selalu dirundung gelisah oleh kehidupan duniawi, afwan mungkin antum semua sudah mengetahuinya. Mohon kalau ada salah, tolong dikoreksi. Inilah tipsnya:

*Bangun sepertiga malam –ucapkanlah doa: Alhamdulillahhilladzi ahyana ba’dama ama tana wa ilaihinnusuur- kemudian lakukan sholat tahajud dan berdoalah kepada Allah Azza Wa Jalla. Insya Allah di keheningan malam, kekhusyukan akan mudah dicapai. Bacalah Al Quran dalam sholat Anda dengan menghayati atau bacalah bacaan yang mengingat kedahsyatan Yaumul Akhir dan perihnya siksa neraka, agar kita dapat merasakan kecilnya kita sebagai manusia yang lemah.

*Memulai hari dengan sholat subuh berjamaah di masjid / musholla (pahalanya 27 derajad lebih besar ketimbang sholat munfarid / sendirian) kemudian lanjutkan dengan membaca Al Quran secara tartil (perlahan) dan pahami maknanya..

Dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan.
QS 73 : 4

Membaca Quran bila dilakukan dengan tergesa-gesa akan mengurangi penghayatan terhadap makna yang dikandungnya. Kemudian baca juga arti yang terkandung dari bacaan itu. Untuk itu memang sebaiknya membaca Al Quran yang disertai terjemahnya. Insya Allah bila dibaca dengan tenang akan menimbulkan ketenangan jiwa. Kemudian dilanjutkan berzikir dengan membaca doa-doa Al Ma’Tsurot (pagi dan petang) yang diajarkan Baginda Rasullah SAW, Insya Allah kita senantiasa berada dalam penjagaan Allah SWT. Karena hanya Allah yang besar sedangkan yang lain adalah kecil adanya.

*Kemudian ulangi lagi zikir Al Ma’tsurot itu tatkala hari menjelang petang. Usahakan sholat fardhu berjamaah dan tepat waktu. Bila perlu berpuasalah sunah senin – kamis agar perut dapat beristirahat dan insya Allah, doa orang yang berpuasa akan makbul.

Di saat sekarang ini memang untuk istiqomah berat likunya, sedangkan untuk maksiyat sangat mudah jalannya. Kehidupan maksiyat ini memang dimulai dari gaya hidup serba materialistic – hedonis. Kemaksiyatan inilah yang membuat hati menjadi kosong dan hampa yang membuat kita senantiasa gelisah dan takut.. Jadi sebisa mungkin hindarilah membuka pagi dengan menonton TV, membaca koran, senam maksiyat, atau membuka internet. Ingatlah, Allah akan ingat hamba-hamba yang selalu mengingatnya.
Allah menyuruh kita untuk berzikir di waktu pagi dan petang karena dua titik waktu inilah yang menjadi penanda perpisahan antara kegelapan dan terangnya dunia. Yang tentu saja menjadi salah satu pengingat kita akan roda kehidupan. Bahwa hidup ini hanya sementara dan ada batasnya, dan hanya kepada Allah lah kita berserah diri dan mohon perlindungan.

Wallahu’alam bish showab.

Maka Ber-Tahajudlah, Berkhalwat Berdua dengan Tuhan-mu


"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80) Dalam Al Qur’an, terdapat banyak ayat yang menuturkan tentang tahajud, perintah mengerjakannya dan keutamaannya.

Kata tahajud sendiri dalam bahasa Arab berarti bergadang, sehingga makna tahajud adalah salat sunah di malam hari yang dilakukan sesudah tidur. Tahajud juga bisa disebut sebagai qiyamullail karena pelaksanaan waktunya malam hari.

Perbedaannya, jika tahajud hanya dilakukan sesudah tidur, qiyamullail bisa dilakukan sebelum maupun sesudah tidur. Selain itu, qiyamullail bisa berupa shalat atau amal ibadah lainnya, seperti tilawah, tasbih atau yang lainnya, sedangkan tahajud hanya berupa shalat saja.

Allah mensifati qiyamullail dengan firman-Nya: ”Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS Al-Muzzammil 73:6)

Dalam tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Hamka menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut: ”Karena di waktu malam gangguan sangat berkurang. Malam adalah hening, keheningan malam berpengaruh pula kepada keheningan fikiran. Di dalam suatu hadits Qudsi, Allah berfirman, bahwa pada sepertiga malam terakhir Allah turun ke langit dunia untuk mendengarkan keluhan hamba-Nya yang mengeluh, untuk menerima taubat orang yang taubat dan permohonan maghfirah (ampunan) hamba-Nya yang memohonkan ampun. Maksudnya ialah bahwa hubungan kita dengan langit pada waktu malam adalah sangat dekat.”

Tahajud maupun qiyamullail merupakan ibadah yang menghubungkan hati kita dengan Allah. Ketika suara-suara telah lenyap dan mata-mata telah terpejam serta orang-orang tertidur lelap di pembaringannya, orang yang melakukan qiyamullail menjauhkan diri mereka dari kasur-kasur empuk dan dipan-dipan mewah lagi nyaman untuk menghidupkan malam dengan berkhalwat berdua dengan-Nya.

Oleh karena itu, Allah menyanjung dan mengistimewakan mereka melalui firman-Nya: ”(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar 39:9)

Rasulullah SAW sendiri selalu menjaga qiyamullail, selalu mengerjakan qiyamullail sampai telapak kaki beliau bengkak. Padahal, beliau telah mendapat jaminan ampunan bagi semua dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.

Ketika ditanyakan kepada beliau, maka jawabnya, ”Tidak pantaskah aku untuk menjadi seorang hamba yang pandai bersyukur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Qiyamullail merupakan sunnah muakadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah dengan sabdanya, "Hendaklah kamu melaksanakan qiyamullail karena qiyamullail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Rasulullah SAW juga sangat menganjurkan untuk melakukan qiyamullail karena di dalamnya terkandung kebaikan yang agung dan pahala yang banyak, dengan sabdanya, ”Sesungguhnya ada waktu di malam hari yang tidak seorangpun dari seorang hamba yang berdoa pada saat itu untuk memohon kebaikan kecuali pasti akan Allah kabulkan.” (HR. Muslim)

Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Al Qur’an: ”Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.” (QS Al-Isra’ 17:79-80)

”Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar).” (QS Ath-Thuur 52:49)

” Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS Al-Insan 76:26)

Hamka menerangkan tentang tafsir ayat tersebut sebagai berikut: “Sholat lima waktu ditambah dengan tahajud di malam yang panjang itu adalah alat penting bagi memperkaya jiwa dan memperteguh hati di dalam menghadapi tugas berat melakukan dakwah. Sebab rasa dekat kepada Tuhan itulah sumber kekuatan sejati bagi manusia.”

Qiyamullail merupakan kenikmatan dan karunia dari Allah terhadap hamba-Nya yang shaleh yang Allah mudahkan untuk beribadah kepada-Nya.

Dengan qiyamullail, Allah akan memberi kekuatan. Dengan qiyamullail, Allah mengabulkan doa. Dengan qiyamullail, dapat menghapus keburukan, mencegah dosa dan menangkal penyakit. Dengan qiyamullail, dapat semakin mendekatkan kepada Allah. Dengan qiyamullail, Allah akan menggolongkan dalam ibaadurrahman. Dengan qiyamullail, Allah akan mengangkat ke tempat yang terpuji. Dengan qiyamullail, Allah akan memasukkan ke surga-Nya.

Termasuk tanda cinta kepada Allah adalah bermunajat kepada-Nya di keheningan malam. Sebagaimana ungkapan dari para ulama, ”Di dunia ini tidak ada waktu yang menyerupai waktu yang sangat di surga kecuali apa yang dirasakan oleh orang-orang shaleh di dalam hati mereka akan kenikmatan bermunajat kepada Rabb mereka.”
Apabila malam telah gelap, Syadad bin Aus masuk ke kamar tidurnya, ia merasa gelisah, tidak bisa tidur, membolak-balikkan badannya bagaikan biji-bijian di atas penggorengan. Lalu, ia berkata, "Wahai Rabbku, sesungguhnya panasnya api neraka telah menghilangkan rasa kantukku." Lalu, ia bangun untuk melakukan shalat malam hingga pagi hari.

Apabila malam telah menjadi gelap gulita mereka bangun untuk shalat Maka, pagi pun datang sedang mereka masih dalam keadaan ruku Rasa takut telah menerbangkan kantuk mereka, maka bangun Saat orang-orang yang merasa aman di dunia tertidur pulas Sedang mereka sujud di kegelapan malam sambil terisak Suara tangis mereka meretakkan tulang-tulang rusuk

Wahai orang yang mendamba cinta-Nya, ingatlah bahwa Nabi Muhammad SAW beribadah di malam hari hingga kedua telapak kakinya bengkak. Para salafussaleh dan orang-orang pilihan umat ini pun selalu beribadah di malam hari. Jadikanlah qiyamullail sebagai prioritas kegiatan ibadahmu. Tidakkah Anda senang jika Anda dapat berdampingan dengan mereka di syurga Adn?

Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang difirmankan-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS Adz-Dzariyat 51:15-18)

Hanya karena Allah-lah orang selalu terjaga di kala malam Hati yang dirundung takut dan pusing karena dosa tidak dapat tertidur Dengan tuangan air mata ia menangisi kesalahannya Dan malam pun tertutup dengan kehiruk-pikukkannya Sebagai penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya Kepada Raja yanga para raja tunduk dan patuh kepada-Nya Wahai Tuhan, tidak ada yang maha memaafkan dosa selain-Mu Hanya kepada-Mu-lah, wahai Tuhanku, orang yang mengosongkan dirinya mencari pengampunan-Mu, Wahai Tuhan, ampunilah hamba-Mu ini

----------
dikutip dari : http://www.pks-jaksel.or.id/Article1296.html

AKU DIMAKAMKAN HARI INI



Perlahan, tubuhku ditutup tanah,

perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.

Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...

Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...

Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...

Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi

Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka ...

begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia sia an
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...

Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...

Titik Pertama Kemudahan, Justru di Tengah Kesulitan

Kesulitan memang menyesakkan. Bahkan
menggelapkan pandangan. Tidak sedikit
mereka yang putus asa ketika
menghadapinya. Sampai tingkat
menghabisi nyawanya dengan cara yang
tragis. Dampak dari pandangan picik.
Melihat suatu peristiwa dari satu sisi
saja.

Padahal semua tahu, bahwa dunia ini
tidak ada yang abadi. Kebahagiaan
tidak abadi. Kesengsaraan juga tidak
abadi. Kemudahan tidak selamanya.
Kesulitan juga tidak selamanya. Pasti
ada pergeseran. Ada saatnya roda
berputar. Yang ada di bawah akan naik
ke atas. Begitu juga sebaliknya.

Ketika kesulitan datang, apalagi kita
sudah tidak berdaya di hadapannya,
maka sebenarnya itu masa akan
datangnya kemudahan. Kesulitan adalah
sinyal nyata akan dekatnya masa
pertolongan. Karena tidak mungkin
kesulitan itu datang dua kali. Selepas
kesulitan pasti ada
kemudahan. "Kesulitan tidak akan
mengalahkan kemudahan dua kali,"
begitu jelas Rasulullah SAW.

Inilah rahasia Ilahi yang di buka
tabirnya oleh Rasulullah SAW. Tinggal
seberapa kuat kita meyakininya. Karena
janji Allah akan terbukti sejalan
dengan keyakinan kita terhadap janji
tersebut. Dan Allah tidak pernah
mengingkari janjiNya.

Kesulitan adalah harga. Harga untuk
membeli kemudahan. Semakin berharga
benda, semakin mahal harganya. Semakin
berat kesulitan, berarti semakin kita
berpeluang untuk memetik kemudahan dan
kesuksesan besar.

Maka, hiburlah diri disaat kesulitan
mencambuk langkah kaki. Katakan, bahwa
Allah menghendaki sebuah rencana yang
jauh lebih besar dan lebih baik dari
yang kita rencanakan. Allah Mahatahu
dan Maha Penyayang. Bisa jadi apa yang
kita harapkan tidak mendatangkan
kebaikan untuk masa depan kita. Maka
Allah menggagalkan rencana itu untuk
selanjutnya diganti dengan yang lebih
bermanfaat untuk hari depan kita.

Kini, saatnya kita belajar untuk
melihat kesulitan dari sisi yang
berbeda. Dengan kaca mata yang
berbeda. Mari kita lihat kesulitan
dari pandangan Ilahi. Bahwa kesulitan
adalah pintu gerbang menuju kemudahan.
Gulitanya kesulitan adalah kabar
gembira akan munculnya sinar terang
kesuksesan.

Suasana yang serba tidak menguntungkan
bukan harus disesali. Karena kita
tidak akan bisa bangkit dalam keadaan
terus menyesali masa lalu dan
pesimisme dalam menghadapi masa depan.

Madinah yang pada waktu itu sudah
dikepung sekutu menebarkan rasa takut
kepada setiap penduduk Madinah. Tetapi
disaat-saat genting seperti itu,
justru Rasul bicara tentang optimisme
dan harapan masa depan yang tinggi. Di
waktu rasa lapar dan takut yang
mencekam pada waktu itu, justru Rasul
bicara tentang kejayaan Islam yang
akan menguasai negara-negara super
power.

Menangis boleh, menyesal wajar, sedih
juga manusiawi. Tetapi jangan lupa
untuk membangun sifat optimisme dan
harapan besar dibalik musibah dan
kesulitan. Optimis akan perginya
kesulitan dan harapan akan datangnya
kemudahan yang sudah di ambang pintu.

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan
itu ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah : 5-6).

Penyebutan kata 'bersama' menunjukan
bahwa kemudahan itu akarnya ada
bersama kesulitan itu sendiri. Ia
seakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Kata itu menegaskan, bahwa
boleh jadi titik pertama kemudahan itu
berada di tengah-tengah kesulitan itu
sendiri.

Jumat, 15 Februari 2008

Mendekati Hari " KIAMAT ":

Seorang Arab Badui
bertanya, "Kapankah
tibanya kiamat?" Nabi Saw lalu
menjawab, "Apabila amanah diabaikan
maka tunggulah kiamat." Orang itu
bertanya lagi, "Bagaimana hilangnya
amanat itu, ya Rasulullah?" Nabi Saw
menjawab, "Apabila perkara (urusan)
diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kiamat."
(HR. Bukhari)


Belum akan terjadi kiamat sehingga
anak selalu menjengkelkan kedua orang
tuanya, banjir di musim kemarau, kaum
penjahat melimpah, orang-orang
terhormat (mulia) menjadi langka, anak-
anak muda berani menentang orang tua
serta orang jahat dan hina berani
melawan yang terhormat dan mulia.
(HR. Asysyihaab).

Saat akan tiba kiamat, jaman saling
mendekat. Satu tahun seperti sebulan,
sebulan seperti seminggu, seminggu
seperti sehari, sehari seperti satu
jam dan satu jam seperti menyalakan
kayu dengan api.
(HR. Tirmidzi)
(Penjelasan)Jika kiamat tiba maka
rotasi bumi makin cepat. Kalau rotasi
sekarang 1000 mil per jam, maka dapat
diperkirakan pada hari kiamat tujuh
kali atau dua belas kali bahkan lebih

Kamis, 14 Februari 2008

IBU

Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi azimah bagi rizki dan
kebahagiaan

(Emha Ainun Najib)
Siang sudah sampai pada pertengahan. Dan Ibu begitu anggun menjumpai saya didepan pintu. Gegas saya rengkuh punggung
tangannya, menciumnya lama. Ternyata
rindu padanya tidak bertepuk sebelah
tangan. Ibu juga mendaratkan kecupan
sayang di ubun-ubun ini, lama.
"Alhamdulillah, kamu sudah pulang" itu
ucapannya kemudian. Begitu masuk ke
dalam rumah, saya mendapati ruangan yang
sungguh bersih. Sudah lama tidak pulang.

Ba'da Ashar,
"Nak, tolong angkatin panci, airnya
sudah mendidih". Gegas saya angkat
pancinya dan dahipun berkerut, panci
kecil itu diisi setengahnya. "Ah mungkin
hanya untuk membuat beberapa gelas teh
saja" pikir saya
"Eh, tolongin bawa ember ini ke depan,
Ibu mau menyiram". Sebuah ember putih
ukuran sedang telah terisi air, juga
setengahnya. Saya memindahkannya ke
halaman depan dengan mudahnya. Saya
pandangi bunga-bunga peliharaan Ibu.
Subur dan terawat. Dari dulu Ibu suka
sekali menanam bunga.
"Nak, Ibu baru saja mencuci sarung,
peras dulu, abis itu jemur di pagar yah"
pinta Ibu.
"Eh, bantuin Ibu potongin daging ayam"
sekilas saya memandang Ibu yang tengah
bersusah payah memasak. Tumben Ibu
begitu banyak meminta bantuan, biasanya
beliau anteng dan cekatan dalam segala hal.
Sesosok wanita muda, sedang menyapu
ketika saya masuk rumah sepulang dari
ziarah. "Neng.." itu sapanya, kepalanya
mengangguk ke arah saya. "Bu, siapa
itu.?" tanya saya. "Oh itu yang
bantu-bantu Ibu sekarang" pendeknya. Dan
saya semakin termangu, dari dulu Ibu
paling tidak suka mengeluarkan uang
untuk mengupah orang lain dalam
pekerjaan rumah tangga. Pantesan rumah
terlihat lebih bersih dari biasanya.
Dan, semua pertanyaan itu seakan
terjawab ketika saya menemaninya tilawah
selepas maghrib. Tangan Ibu gemetar
memegang penunjuk yang terbuat dari
kertas koran yang dipilin kecil,
menelusuri tiap huruf al-qur'an. Dan
mata ini memandang lekat pada jemarinya.
Keriput, urat-uratnya menonjol jelas,
bukan itu yang membuat saya tertegun.
Tangan itu terus bergetar. Saya
berpaling, menyembunyikan bening kristal
yang tiba-tiba muncul di kelopak mata.
Mungkinkah segala bantuan yang ia minta
sejak saya pulang, karena tangannya tak
lagi paripurna melakukan banyak hal?
"Dingin" bisik saya, sambil beringsut
membenamkan kepala di pangkuannya. Ibu
masih terus tilawah, sedang tangan
kirinya membelai kepala saya. Saya
memeluknya, merengkuh banyak kehangatan
yang dilimpahkannya tak berhingga.

Adzan isya berkumandang,
Ibu berdiri di samping saya, bersiap
menjadi imam. Tak lama suaranya memenuhi
udara mushala kecil rumah. Seperti biasa
surat cinta yang dibacanya selalu itu,
Ad-Dhuha dan At-Thariq.
Usai shalat, saya menunggunya membaca
wirid, dan seperti tadi saya pandangi
lagi tangannya yang terus bergetar. "Duh
Allah, sayangi Mamah" spontan saya
memohon. "Neng." suara ibu membuyarkan
lamunan itu, kini tangannya terangsur di
depan saya, kebiasaan saat selesai
shalat, saya rengkuh tangan berkah itu
dan menciumnya.
"Tangan ibu kenapa?" tanya saya pelan.
Sebelum menjawab, ibu tersenyum maniss
sekali.

"Penyakit orang tua"

"Sekarang tangan ibu hanya mampu
melakukan yang ringan-ringan saja, irit
tenaga" tambahnya.
Udara semakin dingin. Bintang-bintang di
langit kian gemerlap berlatarkan langit
biru tak berpenyangga. Saya memandangnya
dari teras depan rumah. Ada bulan yang
sudah memerak sejak tadi. Malam perlahan
beranjak jauh. Dalam hening itu, saya
membayangkan senyuman manis Ibu sehabis
shalat isya tadi. Apa maksudnya? Dan
mengapakah, saya seperti melayang. Telah
banyak hal yang dipersembahkan tangannya
untuk saya. Tangan yang tak pernah
mencubit, sejengkel apapun perasaannya
menghadapi kenakalan saya. Tangan yang
selalu berangsur ke kepala dan
membetulkan letak jilbab ketika saya
tergesa pergi sekolah. Tangan yang
selalu dan selalu mengelus lembut ketika
saya mencari kekuatan di pangkuannya
saat hati saya bergemuruh. Tangan yang
menengadah ketika memohon kepada Allah
untuk setiap ujian yang saya jalani.
Tangan yang pernah membuat bunga dari
pita-pita berwarna dan menyimpannya di
meja belajar saya ketika saya masih
kecil yang katanya biar saya lebih
semangat belajar.
Sewaktu saya baru memasuki bangku kuliah
dan harus tinggal jauh darinya, suratnya
selalu saja datang. Tulisan tangannya
kadang membuat saya mengerutkan dahi,
pasalnya beberapa huruf terlihat sama,
huruf n dan m nya mirip sekali. Ibu
paling suka menulis surat dengan tulisan
sambung. Dalam suratnya, selalu Ibu
menyisipkan puisi yang diciptakannya
sendiri. Ada sebuah puisinya yang saya
sukai. Ibu memang suka menyanjung :

Kau adalah gemerlap bintang di langit malam
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah pendar rembulan di angkasa sana,
Bukan!, kau lebih dari itu,
Kau adalah benderang matahari di tiap waktu,
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah Sinopsis semesta
Itu saja.
Tangan ibunda adalah perpanjangan tangan
Tuhan. Itu yang saya baca dari sebuah
buku. Jika saya renungkan, memang
demikian. Tangan seorang ibunda adalah
perwujudan banyak hal : Kasih sayang,
kesabaran, cinta, ketulusan.. Pernahkah
ia pamrih setelah tangannya menyajikan
masakan di meja makan untuk sarapan?
Pernahkan Ia meminta upah dari tengadah
jemari ketika mendoakan anaknya agar
diberi Allah banyak kemudahan dalam
menapaki hidup? Pernahkah Ia menagih
uang atas jerih payah tangannya
membereskan tempat tidur kita? Pernahkah
ia mengungkap balasan atas semua
persembahan tangannya?.. Pernahkah. .?
Ketika akan meninggalkannya untuk
kembali, saya masih merajuknya "Bu,
ikutlah ke jakarta, biar dekat dengan
anak-anak". "Ah, Allah lebih perkasa di
banding kalian, Dia menjaga Ibu dengan
baik di sini. Kamu yang seharusnya
sering datang, Ibu akan lebih senang"
Jawabannya ringan. Tak ada air mata
seperti saat-saat dulu melepas saya
pergi. Ibu tampak lebih pasrah,
menyerahkan semua kepada kehendak Allah.
Sebelum pergi, saya merengkuh kembali
punggung tangannya, selagi sempat , saya
reguk seluruh keikhlasan yang pernah
dipersembahkannya untuk saya. Selagi
sisa waktu yang saya punya masih ada,
tangannya saya ciumi sepenuh takzim.
Saya takut, sungguh takut, tak dapati
lagi kesempatan meraih tangannya,
meletakannya di kening.

***
Bagaimana dengan engkau sahabatku?
Engkau sangat tahu, lewat tangannya kau
ada, duduk di depan komputer dan membaca
tulisan saya ini. Engkau sangat tahu,
lewat tangannya kau bisa menjadi
seseorang yang menjadi kebanggaan.
Engkau sangat tahu, dibanding siapapun
juga. Maka, usah kau tunggu hingga
tangannya gemetar, untuk mengajaknya
bahagia.
Inilah saatnya, inilah masanya.

Buah Keikhlasan

Alkisah, ada seorang pemuda shaleh
yang sedang dalam perjalanan panjang.
Di tengah perjalanannya, sang pemuda
menemukan buah yang tergeletak tak
jauh dari tepi sungai tempatnya
beristirahat. Karena lapar, si pemuda
memakan buah tersebut. Tapi karena
keimanannya, pemuda itu ketakutan
kalau dirinya sudah memakan makanan
haram, karena tanpa izin dari pemilik
pohon buah jatuh tersebut.

Pemuda itu pun menelusuri sumber pohon
buah jatuh itu di sepanjang aliran
sungai. Dengan maksud untuk minta
dihalalkan apa yang sudah terlanjur
dimakannya. Singkat cerita, bertemulah
dia dengan si pemilik kebun buah.
Setelah mendengar cerita si pemuda dan
melihat keshalehan si pemuda, pemilik
kebun yang bijaksana itu pun
menghalalkannya. Tapi dengan satu
syarat yang harus dipenuhi pemuda itu.
Pemuda itu harus menikahi putrinya.

Pemuda itu pun menyanggupi syarat
tersebut. Bahkan ketika pemilik kebun
menceritakan keadaan putrinya yang
buta, tuli, dan bisu, pemuda itu tetap
menyanggupinya. Bagi si pemuda, dia
lebih takut masuk neraka karena makan
makanan haram dan lebih memilih
menikahi wanita yang cacat lahiriahnya
di dunia.

Di hari pernikahan, pemuda tadi
dikejutkan oleh seorang wanita yang
sangat cantik dan sama sekali tidak
cacat fisiknya. Wanita itu ternyata
putri pemilik kebun yang baru
dinikahinya. Terheran-heran, pemuda
tadi bertanya pada pemilik kebun yang

kini jadi mertuanya. Dia tidak percaya
kalau wanita itu istrinya, bukankah
istrinya itu cacat?

Pemilik kebun itu pun menjelaskan
dengan suka cita. Putrinya memang
buta, dari melihat hal yang sia-sia.
Tuli, dari mendengarkan hal yang sia-
sia. Bisu, dari perkataan-perkataan
dosa. Pendek kata, putrinya adalah
seorang wanita yang terpelihara hati
dan anggota badannya.

Subhanallah. Itulah balasan bagi orang
yang ikhlas, yang percaya dengan cinta
Allah, yang ridha menyerahkan cintanya
hanya pada pasangannya yang belum
dikenalnya sekalipun. Ternyata Allah
memang tidak pernah menyia-nyiakan
keimanan seorang hambaNya.

Buah Mengembalikan Urusan Kepada Allah Dan Bersabar

Dalam hidup ini, setiap muslim kadang
menghadapi ujian, cobaan dan bencana.
Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia
bersabar dan mengharapkan pahala
kepada Allah atas musibahnya. Jika
demikian, tentu Allah tidak akan
menyia-nyiakan sesuatu pun untuknya,
bahkan Allah akan menggantinya dengan
sesuatu yang lebih baik dari apa yang
hilang darinya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim
meriwayatkan dari Ummu Salamah
radliyallahu 'anha, bahwasanya ia
berkata:
“Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim
yang tertimpa suatu musibah, lalu ia
mengatakan apa yang diperintahkan
Allah, ‘Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan sesungguhnya kami akan
kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah
aku pahala karena musibah ini, dan
gantikanlah untukku sesuatu yang lebih
baik darinya’, kecuali Allah akan
memberinya ganti yang lebih baik.’
Ummu Salamah berkata, ‘Ketika Abu
Salamah meninggal dunia, aku
berkata, ‘Siapakah orang Islam yang
lebih baik dari Abu Salamah?,
(penghuni) rumah yang pertama kali
hijrah kepada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wasallam? Lalu aku
mengatakan ucapan di atas, kemudian
Allah menggantikan untukku Rasulullah
sebagai suami)’.”

Wahai umat Islam, ketahuilah!
Sesungguhnya barang-siapa yang
meninggalkan sesuatu karena Allah,
niscaya Allah akan menggantinya dengan
sesuatu yang lebih baik daripadanya.
Siapa yang meninggalkan dari menampar
pipi sendiri, mengoyak-ngoyak pakaian
dan berteriak-teriak me-ratap serta
kemungkaran yang sejenisnya, kemudian
ia memohon pahala di sisi Allah atas
musibahnya serta mengembalikan
semuanya kepada Allah, niscaya Allah
akan menggantinya dan sungguh Allah
adalah sebaik-baik Pemberi ganti.

'Sebutir Kurma Penjegal Do'a''


Usai menunaikan ibadah haji, Ibrahim
bin Adham berniat ziarah ke Masjidil
Aqsa. Untuk bekal di perjalanan, ia
membeli 1 kg kurma dari pedagang tua
di dekat Masjidil Haram. Setelah kurma
ditimbang dan dibungkus, Ibrahim
melihat sebutir kurma tergeletak di
dekat timbangan. Menyangka kurma itu
bagian dari yang ia beli, Ibrahim
memungut dan memakannya.

Setelah itu, ia langsung berangkat
menuju Al-Aqsa. Empat bulan kemudian,
Ibrahim tiba di Al-Aqsa. Seperti
biasa, ia suka memilih sebuah tempat
beribadah pada sebuah ruangan di bawah
kubah Sakhra. Ia shalat dan berdo'a
khusyu sekali. Tiba-tiba ia mendengar
percakapan dua Malaikat tentang
dirinya.

"Itu, Ibrahim bin Adham, ahli ibadah
yang zuhud dan wara yang do'anya
selalu dikabulkan ALLAH SWT," kata
malaikat yang satu.

"Tetapi sekarang tidak lagi. Do'anya
ditolak karena 4 bulan yang lalu ia
memakan sebutir kurma yang jatuh dari
meja seorang pedagang tua di dekat
Masjidil Haram," jawab malaikat yang
satu lagi.

Ibrahim bin Adham terkejut sekali, ia
terhenyak. Jadi, selama 4 bulan ini
ibadahnya, shalatnya, do'anya, dan
mungkin amalan-amalan lainnya tidak
diterima oleh ALLAH SWT gara-gara
memakan sebutir kurma yang bukan
haknya. "Astaghfirullahal adzhim,"
Ibrahim beristighfar.

Ia langsung berkemas untuk berangkat
lagi ke Mekkah menemui pedagang tua
penjual kurma. Untuk meminta
dihalalkan sebutir kurma yang telah
ditelannya. Begitu sampai di Mekkah,
ia
langsung menuju tempat penjual
kurma itu, tetapi ia tidak menemukan
pedagang tua itu melainkan seorang
anak muda.

"Empat bulan yang lalu saya membeli
kurma di sini, dari
seorang pedagang tua. Ke mana ia
sekarang?" tanya Ibrahim.

"Sudah meninggal sebulan yang lalu,
saya sekarang meneruskan pekerjaannya
berdagang kurma," jawab anak muda itu.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un,
kalau begitu kepada siapa saya meminta
penghalalan?"

Lantas Ibrahim menceritakan peristiwa
yang dialaminya, anak muda itu
mendengarkan penuh seksama.

"Nah, begitulah," kata ibrahim setelah
bercerita, "Engkau sebagai ahli waris
orangtua itu, maukah engkau
menghalalkan sebutir kurma milik
ayahmu yang terlanjur kumakan tanpa
izinnya?"

"Bagi saya tidak masalah. Insya ALLAH
saya halalkan. Tapi entah dengan
saudara-saudara saya yang jumlahnya 11
orang. Saya tidak berani
mengatasnamakan mereka, karena mereka
mempunyai hak waris yang sama dengan
saya."

"Di mana alamat saudara-saudaramu?
Biar saya temui mereka satu persatu."

Setelah menerima alamat, Ibrahim bin
Adham pergi menemui mereka. Walaupun
berjauhan, akhirnya selesai juga.
Semua setuju menghalakan sebutir kurma
milik ayah mereka yang termakan oleh
Ibrahim.

Empat bulan kemudian, Ibrahim bin
Adham sudah berada di bawah kubah
Sakhra. Tiba tiba ia mendengar dua
malaikat yang dulu terdengar lagi
bercakap-cakap.

"Itulah Ibrahim bin Adham yang do'anya
tertolak gara gara makan sebutir kurma
milik orang lain."

"Ooo, tidak, sekarang do'anya sudah
makbul lagi. Ia telah mendapat
penghalalan dari ahli waris pemilik
kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim kini
telah bersih kembali dari kotoran
sebutir kurma yang haram karena masih
milik orang lain. Sekarang ia sudah
bebas."

Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan
makanan yang masuk ke tubuh kita,
sudah halalkah? Lebih baik tinggalkan
bila ragu-ragu.

SEANDAINYA UMUR INI TINGGAL SATU HARI

Bismillahirahman nirahim

BERPIKIRLAH ANDAI UMUR INI TINGGAL SATU HARI
“Hiasilah mahkota dikepalamu,kepanglah rambutmu,karena engkau tak akan tahu Allah akan mengutus seorang malaikat kepadamu,tak banyak yang dapat engkau lakukan pada hari itu,meskipun ada banyak hal yang harus dikerjakan,engkau hanya bisa terbaring diam dengan tatapan kosong”

Diawali tulisan ini dengan ucapan Bimsillahirahmannirrahim,Maha suci Allah yang telah memberikan nikmat hidup dalam diri tiap hambanya termasuk saya,yang kalau tidak salah dalam bulan ini adalah bulan di mana saya lahir bertahun2 lalu.Kalau mengingat hari kelahiran otomatis saya mengingat akan kematian,kalau saya ingat tanggal kelahiran saya ,apa mungkin saya juga akan tahu kapan tanggal kematian saya ?.walau semua itu sudah ada jawaban dan catatannya di tangan sang pencabut nyawa.Mengingat kematian adalah hal positif apalagi kalau kita takut akan datangnya kematain dan takut kepada Allah sesungguhnya hati yang tidak takut kepada Allah bukanlah sebenar-benar hati.Orang yang hidup tapi tidak mengharapkan janji Allah adalah orang yang mati sebagimana dalam firman Allah dalam surat Al_An’am 122 yang artinya “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan(al-an’am 122)”

Tidak satu makhluk pun mengetahui kapan dating ajalnya,manusia bisa saja mengadakan persiapan selama seratus tahun,tapi apa dia tau kalau tiba2 ajalnya menghampiri pada menit berikutnya.Hanya Allah yang tau kapan sang maut datang.
Kerena hanya Allahlah yang telah mengutus kematian itu kepada para penindas dan orang2 kuat,memelintir leher2 mereka mematahkan tulang punggung para raja,memadamkan harapan dan aspirasi para pemilik kekayaan dengan cara mengakhiri hidup mereka.Dan model orang2 seperti inilah yang merasa enggan kepada kematian walau untuk sesaatpun.
Dan kalau saatnya janji Allah akan kematian itu tiba maka mereka akan terlempar kedalam lubang dan akan jatuh dari istana mereka yang tinggi dan akan masuk kedalam bumi.Tinggallah semua kemewahan,rumah megah dan kasur empuk juga tiada lagi dan harta2 istri,anak dan kerabat semua tinggal tanpa bisa menolong dan mencegah kematain tsb.
Untuk itu ingatlah hiudpmu sebelum matimu dengan tujuan supaya kita membekali diri dengan iman dan taqwa jangan sampai kita di perbudak dengan yang bersifat duniawi karena yang bresifat duniawi sifatnya akan fana dan tidak kekal,dan jangan sampai kita lalai akan hidup ini hanya karena sibuk akan dunia maka lupa akan akhirat andai dalam menit Allah menjeput kita ? sudahkah kita siap ? dan andai umur kita cuma satu hari ?
Kehidupan abadi tidak pernah berakhir dan berkahnya tidak akan ada habisnya,mengingat ini semua tak perlu dijelaskan kepada orang awam sekalipun,bahwa manusia harus memilih hidup yang kekal.Dan sebaliknya keinginan berlebihan akan sesuatu hanya bersifat sementara dan ini merupaka satu kebodohan.Seharusnya dalam waktu yang pendek ini kita tidak disibukkan dengan hal2 yang bersifat dunia saja tapi kita luangkan waktu kita yang sedikitnya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.Buang semua keinginan dan rencana2 yang tidak ada gunanya untuk kehidupan abadi kita kelak karena harta benda dan hal2 yang bersifat dunia akan habis,seperti dalam firman Allah surat Al_munaafiquun ayat 9_11

“Hai orang2 beriman janganlah hartamu dan anak2mu melalikan kamu dari mmengingat Allah,barangsiapa uang berbuat demikaina mereka itulah orang2 yang merugi (9)
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"(10)
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.(11)”
Allah jelas berfirman ,jika dunia ini membuat kita lupa akan apa yang seharusnya kita lakukan sebelum ajal datang maka termasuklah kita orang2 yang merugi,dan kematian itu tidak bisa di tunggu.
Sebaiknya sama2 kita berpikir andai kita tau yumur kita tinggal satu hari lagi,sudah pasti tubuh ini akan bergetar hebat,jantung kita akan berdetak dengan kencang,dan keringat dingin pun akan membaahi tubuh kita.
Andai kita mengingat mati maka kita akan mengingat kehidupan masa lalu kita Apakah kehiudpan masa lalu kita dipenuhi dengan amal perbuatan baik atau perbuatan buruk ?
Untuk semua itu kita tidak perlu merasa takut akan datangnya sang maut karena sudah pasti maut itu akan datang.Hendaknya kita berpikir apa yang dapat kita lakukan andai umur kita tinggal satu hari lagi ?Untuk ini berbuat baiklah selagi kita masih diberi nikmat hidup karena tidak ada satu haripun manusia di bumi ini melainkan akan di mintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah.Karena pekerjaan yang paling utama dari seorang hamba adalah beribadah kepada Allah karena Allah satu-satunya penolong bagi sang hamba,maka banyak dari kita yang begitu takut akan datang nya maut karena bekal kita tidak karena selama ini hidup kita tidak pernah merasa takut pada azab Allah,maka marib bersama2 kiat senantiasa takut akan Allah karena dimanapun dan kapanpun Allah selalu bersama kita dan Allah telah menyediakan dua surga bagi orang yang takut kepadaNya,janji Allah ini adalam al quran surat ar-Rahman 46 yang artinya “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga”
Andai umur ini tinggal satu hari lagi,dan kita di beritahu bahwa besok kita akan mati ? tentu kita akan menangis dan bersedih sebab kita tidak punya bekal yang cukup untuk bertemu dengan Allah dan mempertanggung jawabkan apa yang telah kita lakukan.Maka selagi masih ada umur dan kesempatan cobalah kita sama-sama berpikir untuk berbuat kebaikkan dan meningkatkan ibadah kepada Allah swt.Para ulama bersepakat bahwa derajat yang paling utama adalah derajat takut kepada Allah dengan ikhlas.Dan orang yang seperti ini akan menghidupkan malamnya dengan qiyamullail.Dan senantiasa menghidupakan malamnya dengan bersujud dan memohon dengan ridha kepada Allah.
Orang yang paling takut kepada Allah adalah Rasulullah saw,tdiak ada manusia yang paling takut kepada Allah selain beliau dan sabda beliau kepada para sahabat”Sesungguhnya orang yang paling kenal dan paling takut kepada Allah adalah aku “(imam bukhari)
Rasulullah saja takut kepada Allah kenapa kita tidak ?
Tulisan ini mengajak kita semua merenung bagaimana Allah memberitahaukan kalau umur ini tinggal sehari ?
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis,karena buat penulis mengingat kematian dan takut kepada Allah adalah hal yang harus kita lakukan sepanjang kita masih diberi nafas kehidupan.
“Ibumu telah melahirkanmu dan kamu saat itu menangis dan berteriak sementara manusia disekelilingmu tertawa bahagia,maka berbuatlah sesuatu untuk dirimu yang dapat membuatmu tertawa dan membuat mereka menangisi kepergianmy ketika kematian tiba”

Manusia; Makhluk yang Lemah

Manusia; Makhluk yang Lemah

Pada suatu hari yang amat terik,
Khalifah Harun Al-Rasyid mengundang
Ibnu Samak, seorang ulama, ke istana
di Baghdad untuk meminta fatwa dan
nasihatnya. Khalifah meminta
pelayannya untuk menyajikan minuman
segar untuk Ibnu Samak.

Sebelum meminum, Ibnu Samak bertanya
kepada Khalifah, "Tuan, jika sekiranya
seteguk air minum itu sulit diperoleh
dan susah mencarinya, sedangkan tuan
sudah sangat kehausan, berapakah
kiranya seteguk air itu mau tuan
hargai?"

"Biar habis setengah kekayaanku, aku
mau membelinya," ujar Khalifah Harun
Al-Rasyid.

"Minumlah, tuanku, air yang seteguk
itu yang kadangkala harganya lebih
mahal daripada setengah kekayaan
tuanku!" lanjut Ibnu Samak.

Setelah Khalifah minum, Ibnu Samak pun
melanjutkan fatwanya. "Jika air yang
tuan minum tadi tidak mau keluar dari
diri tuan, meski sudah bersusah payah
berusaha tidak juga mau keluar,
berapakah kiranya tuan mau membayar
agar air itu dapat keluar?" tanya Ibnu
Samak lagi.

Harun Al-Rasyid menjawab, "Kalau air
itu tidak mau keluar lagi, apalah
gunanya kemegahan dan kekayaan ini.
Biarlah habis seluruh kekayaanku ini
untuk mengobati diriku, sehingga air
itu bisa keluar."

Ibnu Simak melanjutkan
pengajarannya, "Maka tidakkah tuan
insyaf, betapa kecil dan lemahnya kita
ini. Tibalah saatnya kita tunduk dan
patuh serta bersyukur kepadaNya dan
menyadari akan kelemahan diri kita."

Mendengar fatwa itu Khalifah menangis
tersedu.

Subhanallah, sungguh benarlah wasiat
Ibnu Samak pada Khalifah Harun Al-
Rasyid di atas. Betapa lemahnya
manusia. Bagaimanakah seandainya Allah
SWT dengan tiba-tiba menghentikan air
yang masuk dalam tubuh kita? Atau,
menghentikan denyut jatung dan paru-
paru, sedangkan kita masih hidup
bergelimang dosa. Sungguh kematian itu
datang tiba-tiba dengan sebab yang tak
terduga.

Betapa kufurnya kita, jika tidak
bersyukur kepada Allah SWT, sedangkan
hari ini kita masih bisa membuang
hajat dengan lancar, bernapas dengan
lega, dan jantung masih berdetak
dengan teratur. Jika kita menghitung
nikmat yang Allah SWT berikan, niscaya
tidak akan mampu menghitungnya.

Padahal, Allah SWT telah melengkapi
tubuh kita dengan segala perlengkapan,
sehingga dapat bertahan hidup dan
mencapai kebahagiaan. Tapi terkadang,
manusia melalaikan semua itu. Sampai-
sampai Allah SWT berfirman, "Hai
manusia, apakah yang telah memperdaya
kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah
menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan mejadikan(susunan
tubuhmu)mu seimbang." (QS. Al-
Infithaar (82) : 6-7).

Bagi Allah SWT amatlah mudah mencabut
nyawa kita kapan saja. Karenanya, kita
harus siap menyambut maut dengan iman
dan amal yang ikhlas.

Kita Hidup dalam Lautan Ujian

Kita Hidup dalam Lautan Ujian


Hidup ini memang tak lebih dari lembar
demi lembar ujian, karena Allah SWT
menjadikan seseorang sebagai ujian
bagi sesamanya. Itulah yang Allah
firmankan, "Dan Kami jadikan sebagian
kalian ujian bagi sebagian yang lain.”
(QS. Al-Furqan : 20), "Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan." (QS. Al-Baqarah (2) : 155).

Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa kondisi
ujian seperti ini akan dialami oleh
setiap orang. Para Rasul diuji oleh
yang didakwahinya. Diuji kesabarannya
atas cacian mereka, diuji kemampuannya
dalam menyampaikan risalah Allah. Kaum
yang disampaikan ajaran oleh para
Rasul itu juga diuji oleh dakwah yang
disampaikan para Rasul. Diuji apakah
mereka mentaati para Rasul, menolong,
dan membenarkannya? Atau mereka malah
mengkufuri, menolak, dan memeranginya?

Para ulama diuji dengan orang-orang
bodoh. Apakah para ulama itu tetap
mengajari, menasehati, dan sabar untuk
mengajari mereka? Dan orang-orang
bodoh juga diuji dengan adanya para
ulama. Apakah mereka akan mentaati dan
mengikuti para ulama? Kaum pria diuji
dengan adanya kaum wanita. Dan
sebaliknya wanita juga diuji dengan
adanya kaum pria. Suami diuji dengan
istrinya. Istri diuji dengan suaminya.
Orang mukmin diuji dengan orang kafir.
Orang kafir diuji dengan orang mukmin.

Ketahuilah juga bahwa kedudukan dan
kehormatan yang kita nikmati itu
adalah ujian. Pemimpin adalah ujian
bagi rakyat dan rakyat adalah ujian
bagi pemimpin, yang kuat adalah ujian
bagi yang lemah dan yang lemah adalah
ujian bagi yang kuat, yang kaya adalah
ujian bagi yang miskin dan yang miskin
adalah ujian bagi yang kaya, yang
tampan adalah ujian bagi yang jelek
dan yang jelek adalah ujian bagi yang
tampan. Semua orang adalah ujian bagi
sesamanya. "Dan Kami jadikan sebagian
kalian ujian bagi sebagian yang lain."

Dengarkanlah sebuah syair yang dikutip
oleh Ibnul Qayyim dalam kitab Miftah
Darus Sa'adah, "Adakah orang yang
sampai pada kedudukan yang terpuji,
atau akhir yang utama. Kecuali setelah
ia melewati jembatan ujian. Demikian
kedudukan tinggi jika engkau ingin
mencapainya. Naiklah ke sana dengan
melewati jembatan kelelahan."

"Tiada sesuatu bencana pun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Luhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah." (QS. Al-Hadid
(57) : 22).

Tinta pena telah mongering, lembaran-
lembaran catatan ketentuan telah
disimpan, setiap perkara telah
diputuskan, dan takdir telah
ditetapkan. Maka, "Katakanlah : Sekali-
kali tidak akan menimpa kami melainkan
apa yang telah ditetapkan oleh Allah
bagi kami." (QS. At-Taubah (9) : 51).

Apa yang membuat kita benar tak akan
membuat kita salah. Sebaliknya, apa
yang membuat kita salah tidak akan
membuat kita benar. Jika keyakinan
tersebut tertanam kuat pada jiwa kita
dan kukuh bersemayam dalam hati, maka
setiap bencana akan menjadi karunia,
setiap ujian menjadi anugerah, dan
setiap peristiwa menjadi penghargaan
dan pahala.

"Barangsiapa yang oleh Allah
dikehendaki menjadi baik, maka ia akan
diuji olehNya."

Wallahu a'lam.

Kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN

Kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah PERMAINAN
dan suatu yang MELALAIKAN, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta
dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat
(nanti) ada adzab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu".
(QS. Al Hadiid:19)

semoga akhirat jadi tujuan akhir kita
 
;