Sabtu, 16 Februari 2008

Titik Pertama Kemudahan, Justru di Tengah Kesulitan

Kesulitan memang menyesakkan. Bahkan
menggelapkan pandangan. Tidak sedikit
mereka yang putus asa ketika
menghadapinya. Sampai tingkat
menghabisi nyawanya dengan cara yang
tragis. Dampak dari pandangan picik.
Melihat suatu peristiwa dari satu sisi
saja.

Padahal semua tahu, bahwa dunia ini
tidak ada yang abadi. Kebahagiaan
tidak abadi. Kesengsaraan juga tidak
abadi. Kemudahan tidak selamanya.
Kesulitan juga tidak selamanya. Pasti
ada pergeseran. Ada saatnya roda
berputar. Yang ada di bawah akan naik
ke atas. Begitu juga sebaliknya.

Ketika kesulitan datang, apalagi kita
sudah tidak berdaya di hadapannya,
maka sebenarnya itu masa akan
datangnya kemudahan. Kesulitan adalah
sinyal nyata akan dekatnya masa
pertolongan. Karena tidak mungkin
kesulitan itu datang dua kali. Selepas
kesulitan pasti ada
kemudahan. "Kesulitan tidak akan
mengalahkan kemudahan dua kali,"
begitu jelas Rasulullah SAW.

Inilah rahasia Ilahi yang di buka
tabirnya oleh Rasulullah SAW. Tinggal
seberapa kuat kita meyakininya. Karena
janji Allah akan terbukti sejalan
dengan keyakinan kita terhadap janji
tersebut. Dan Allah tidak pernah
mengingkari janjiNya.

Kesulitan adalah harga. Harga untuk
membeli kemudahan. Semakin berharga
benda, semakin mahal harganya. Semakin
berat kesulitan, berarti semakin kita
berpeluang untuk memetik kemudahan dan
kesuksesan besar.

Maka, hiburlah diri disaat kesulitan
mencambuk langkah kaki. Katakan, bahwa
Allah menghendaki sebuah rencana yang
jauh lebih besar dan lebih baik dari
yang kita rencanakan. Allah Mahatahu
dan Maha Penyayang. Bisa jadi apa yang
kita harapkan tidak mendatangkan
kebaikan untuk masa depan kita. Maka
Allah menggagalkan rencana itu untuk
selanjutnya diganti dengan yang lebih
bermanfaat untuk hari depan kita.

Kini, saatnya kita belajar untuk
melihat kesulitan dari sisi yang
berbeda. Dengan kaca mata yang
berbeda. Mari kita lihat kesulitan
dari pandangan Ilahi. Bahwa kesulitan
adalah pintu gerbang menuju kemudahan.
Gulitanya kesulitan adalah kabar
gembira akan munculnya sinar terang
kesuksesan.

Suasana yang serba tidak menguntungkan
bukan harus disesali. Karena kita
tidak akan bisa bangkit dalam keadaan
terus menyesali masa lalu dan
pesimisme dalam menghadapi masa depan.

Madinah yang pada waktu itu sudah
dikepung sekutu menebarkan rasa takut
kepada setiap penduduk Madinah. Tetapi
disaat-saat genting seperti itu,
justru Rasul bicara tentang optimisme
dan harapan masa depan yang tinggi. Di
waktu rasa lapar dan takut yang
mencekam pada waktu itu, justru Rasul
bicara tentang kejayaan Islam yang
akan menguasai negara-negara super
power.

Menangis boleh, menyesal wajar, sedih
juga manusiawi. Tetapi jangan lupa
untuk membangun sifat optimisme dan
harapan besar dibalik musibah dan
kesulitan. Optimis akan perginya
kesulitan dan harapan akan datangnya
kemudahan yang sudah di ambang pintu.

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan
itu ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah : 5-6).

Penyebutan kata 'bersama' menunjukan
bahwa kemudahan itu akarnya ada
bersama kesulitan itu sendiri. Ia
seakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Kata itu menegaskan, bahwa
boleh jadi titik pertama kemudahan itu
berada di tengah-tengah kesulitan itu
sendiri.

 
;